EVOLUSI MEDIA MASSA
Pada
perkuliahan kapita selekta yang berlangsung pada tanggal 2 Dsember 2014, Bapak Irwan Julianto
selaku pemicara yang memiliki latar
belakang sebagai wartawan kompas yang telah mengabdikan dirinya selama 32 tahun
ini, menyampaikan sebuah topik
pembahasan yang menarik, yaitu tentang media massa dan media baru. Pada awal
perkuliahan beliau menunjukan dua buah foto, yaitu foto johannes gutenberg dan
mark zuckerberg. Dan munculah sebuah pertanyaan apakah persamaan dan perbedaan
dari kedua orang tersebut?
Johannes Gutenburg |
Mark Zuckerburg |
Kesamaannya
adalah keduanya merupakan orang yang berjasa dalam penemuan media massa, dimana
gutenburg adalah orang yang berjasa dalam menemukan mesin cetak yang menggubah
peradaban pada zamannya dan zuckerburg adalah tokoh yang menemukan salah satu
media baru, yaitu facebook yang mengubah sarana komunikasi di jaman modern ini. Dari Gutenburg ke zugerburg menunjukkan
adanya sebuah evolusi media, dari media tradisonal menuju media baru.
Seperti
yang kita ketahui media massa memiliki 4 fungsi, yaitu informasi, edukasi,
hiburan, dan membentuk opini publik
atau kontrol sosial sehingga juga disebut
sebagai “the fourth estate” atau
pilar demokrasi ke empat. Saat ini media massa dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu media konvensional seperti buku, koran / majalah, radio,
televisi, dan film serta yang kedua adalah media baru yaitu media yang berbasis
internet.
Dengan
adanya media baru, maka media konvensionalpun mengalami tantangan yang besar,
seperti pembaca koran seperti kompas makin tua, sirkulasi yang stagnan,
persaingan media cetak dengan televisi dan online, kelas menengah yang mulai
beralih dari media cetak ke media digital (online), perubahan gaya hidup
generasi muda, membanjirnya informasi, 3 M (Multi-platforms, Multi-channels,
Multi-media)
ERA
MEDIA BARU DAN MEDIA SOSIAL
Era
ini ditandai dengan perkembangan internet dan teknologi digital yang merupakan
lompatan dari revolusi. Masyarakat informasipun menjadi masyarakat dengan
kultur digital. Kekuasaan dan pengaruh media massa yang tadinya terletak di
tangan media, kini berada di tangan massa atau khalayak. Informasi yang tadinya
bersifat ”One to many” berubah menjadi ”many to many”.
Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, samakah
media baru dan media sosial?
Jawaban dari pertanayaan tersebut adalah Salah satu wujud media baru
adalah media sosial, yaitu media yang isinya diciptakan dan didistribusikan
lewat interaksi sosial sehingga pada intinya tidak dapat dikatakan berbeda atau
sama namun kebenarannya adalah media sosial merupakan bagian
dari media baru sehingga keduanya saling terkait. (Straubhaar et al., 2012).
Bagaimanakah penggunaan media sosial di Indonesia?
} Saat
ini masyarakat Indonesia termasuk salah satu pengguna media sosial yang
tertinggi di dunia:
} Hingga
tahun 2012 (Nugroho dan Syarief, 2012):
◦
Pengguna Twitter > 19,5 juta akun
◦
FaceBook: 42,5 juta
◦
Blog:
5,3 juta
Media sosial ruang
publik baru?
Apakah benar media
sosial merupakan sebuah ruang publik baru, hal ini dapat dilihat dari dua sisi,
yaitu:
} Utopian:
Media
sosial dibayangkan oleh mereka yang optimis, sebagai ruang publik baru yang
basis egalitariannya ada. Lewat interaktivitas dan partisipasi banyak pihak di
dalamnya, diharapkan media sosial menjadi ruang publik yang terbuka dan
berfungsi memerdekakan ruang dari sekat2 dan penindasan ideologis oleh satu
pihak ke pihak yang lain.
} Dystopian:
Media sosial gagal menjadi ruang publik baru yang diidealkan Habermas karena di
dalamnya memuat kepentingan-kepentingan yang meniadakan kepentingan lawan.
akun palsu |
Fakta yang terjadi pada
sosial media
Munculnya MANIPULATOR
MEDIA, termasuk media baru/media sosial pun dimanipulasi, misalnya dengan
dibuatnya akun-akun Twitter palsu dan (Ro)bot
Manipulator media dapat
pula menjadi PEMBUNUH KARAKTER seseorang atau suatu lembaga
-
Maraknya akun twitter palsu
-
Muncul berbagai blog tanpa nama atau
warga pseudonim
-
Akun facebook palsu
Ketiga media ini
seringkali dijadiakan untuk menjelek-jelekan lawan atau pihak tertentu,
sehingga sebagai masyarakat yang cerdas dan berbudaya sudah seharusnya kita
menyaring setiap informasi yang masuk. Kita harus menjadi gate keeper bagi diri kita sendiri terhadap setiap pemberitaan yang
ada.